Pertama di Kaltim, Kutim Kini Punya TPST – Kelola Sampah 50 Ton Per Hari, Hasil Akhir Jadi Batako
SANGATTA,deltamahakam-Sejak berduet hingga menjadi Bupati menggantikan H Isran Noor beberapa tahun lalu, Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman tak pernah kendur dalam upaya meningkatkan pengelolaan lingkungan, khususnya sampah. Kini setelah terpilih kembali menjadi Bupati bersama Wabup Kasmidi Bulang, semangat mewujudkan pengelolaan sampah yang representatif dan bernilai lebih terus digeber.
Hasilnya, dengan melibatkan stakeholder seperti PT Kaltim Prima Coal, Kutim kini memiliki Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Prima Sangatta Eco Waste. Fasilitas ini dapat mengelola sampah harian hingga 50 ton. Hebatnya, selain menjadi satu-satunya di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), TPST ini memiliki nilai lebih, karena ramah lingkungan dan hasil akhir dari pengolahan sampah dapat dijadikan bahan baku batako.
Direncanakan sejak beberapa tahun lalu, incinerator ini dibangun dalam waktu 13 bulan hingga bisa dioperasikan dengan bantuan program Corporate Social Responsibility (CSR). Peresmian TPST yang berlokasi tepat di area belakang Pasar Induk Sangatta ini dilakukan langsung oleh Bupati Kutim H Ardiansyanh Sulaiman, Kamis (27/1/2013). Penekanan tombol sirine dan penanda tanganan prasasti menjadi seremoni peresmian. Didampingi Wabup Kasmidi Bulang, Ketua DPRD Kutim Joni, unsur Forkopimda, Chief Operating Officer (COO) PT KPC Muhammad Rudy, General Manager External Affairs and Sustainable Development (GM ESD) PT KPC Wawan Setiawan dan manajemen perusahaan. Turut disaksikan puluhan undangan lainnya.
Bupati Kutim H Ardiansyah Sulaiman sebelum peresmian mengatakan, terbangunnya TPST ini menjadi sebuah langkah maju untuk berkarya melayani masyarakat. Semakin menarik karena sampah yang ada setelah dikelola menjelma menjadi modal untuk memenuhi “kantong” karena bernilai ekonomi.
“Adanya Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Prima Sangatta Eco Waste ini menjadi terobosan baru. Mendukung pengelolaan sampah di Kutim dan Sangatta khususnya,” sebut Ardiansyah.
Sedikit diceritakan olehnya, kisaran 2013 lalu, Kutim pernah meraih sertifikat Adipura. Diperoleh berkat kerja sama seluruh elemen masyarakat melalui Gerakan Jumat Bersih (GJB). Namun sayangnya tren positif pengelolaan lingkungan tak berlanjut. Sehingga Kutim urung mendapatkan piala Adipura. Sebab sertifikat Adipura hanya diserahkan sekali, selanjutnya harus diteruskan dengan pencapaian piala Adipura. Namun kini, optimisme merengkuh tropi tertinggi penghargaan bidang lingkungan hidup tersebut kembali menggelora. Karena kehadiran TPST dan tentunya dukungan seluruh masyarakat Kutim. Berkat kerja sama dan bantuan pihak perusahaan, pengelolaan sampah yang sempat terkendala beberapa waktu juga sudah teratasi.
“Mudah-mudahan dengan konsep (TPST) ini 70 atau 80 persen sampah bisa diselesaikan,” harap Ardiansyah yang dikalangan insan penggiat lingkungan diberi gelar ‘Bapak Kebersihan’.
Ardiansyah menyebut sisa sampah yang 20-30 persen memang tidak dapat diselesaikan di TPST. Berikutnya bakal diteruskan ke TPA Sampah Batuta. Seperti botol kaca, botol bertekanan, batu, kaleng, kawat dan besi serta jaring. Berkat TPST ini pula petugas pengangkut sampah menggunakan kendaraan roda tiga, tak perlu repot-repot lagi membawa sampah hingga ke TPA Batuta.
“Tiga roda tak perlu lagi sampai ke TPA, cukup sampai TPST,” kata suami Ny Hj Siti Robiah tersebut.
Terakhir, Ardiansyah menegaskan saat ini belum mau menerapkan sanksi bagi warga yang tak mengelola sampahnya dengan baik. Sebab dirinya masih mau para pihak yang berwenang melakukan edukasi terkait pengelolaan sampah yang baik dan benar. Sampai masyarakat memahami bahwa sampah bukan lagi persoalan, melainkan sudah menjadi peluang ekonomi. Selain itu juga mengimbau warga agar membuang sampah pada tempat dan waktu yang tepat. Saling mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan dan menjalani perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Saya mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi apa yang telah dilakukan PT KPC. Jangan merasa terbebani, tapi (KPC) wajib diberikan beban,” kata Ardiansyah. “Dinas Lingkungan Hidup (DLH) saya minta terus memantau baku mutu asap yang dihasilkan. Selain itu menambah personel untuk membantu di TPST,” tambahnya.
Sementara itu GM ESD PT KPC Wawan Setiawan menjelaskan program pembangunan TPST ini sudah bergulir cukup lama, tepatnya saat Ardiansyah menjadi Bupati pertama kali. Melewati periode pemimpin selanjutnya sempat melakukan kunjungan ke Soreang, Kabupaten Bandung. Hingga Ardiansyah terpilih kembali bersama Wabup H Kasmidi Bulang barulah rencana ini terealisasi.
“Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu ini memiliki kapasitas hingga 50 ton per hari. Begitu sampah Sangatta masuk langsung diselesaikan dan hasil akhirnya dijadikan bahan baku pembuatan batako,” sebut Wawan.
Dengan terbangunnya TPST ini, Wawan berharap Kabupaten Kutai Timur bisa meraih Piala Adipura. Sebab adanya TPST bisa menjadi salah satu indikator penguat penilaian untuk meraih penghargaan.
Sedangkan COO PT KPC M Rudy menambahkan, terbangunnya TPST ini diharapkan bisa berkontribusi mengatasi masalah sampah di Kutim, khususnya Sangatta. Dibangun dan selesai dalam waktu 13 bulan, TPST menggunakan metode hydro incinerator.
“Diharapkan bisa konsisten (berjalan). Apabila semua berkomitmen menjaga, kami yakin semua bisa terus berjalan seperti yang diharapkan,” tutupnya.
Setelah prosesi peresmian, seluruh undangan lantas melakukan peninjauan mesin incinerator, pengolahan limbah air hingga pembuatan batako. (kopi3)