BERITA TERKINIKALTIMSamarinda

Toleransi Beragama, Pancasila Dan IKN

Foto Arief Murtadha / Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi kalimantan Timur.

SAMARINDA,deltamahakam-Tahun 2021 penduduk Kaltim tercatat berjumlah 3,8 juta jiwa. Beragam suku bangsa hidup rukun di provinsi dengan luas wilayah 129.066,64 km2. Kerukunan juga berlangsung dalam hal urusan beragama.

Penduduk Kaltim berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Jumlah warga pendatang jauh lebih banyak dari  penduduk  asli.  Tapi semua hidup tentram  berdampingan.

“Kaltim ini sangat menjunjung tinggi keharmonisan dan kedamaian,” kata Gubernur Kaltim H Isran Noor saat membuka Dialog Moderasi Beragama di Balikpapan, belum lama ini.

Sejak dulu, warga asli Kaltim sangat terbuka dengan para pendatang. Tidak pernah ada penolakan atau hal buruk lain hingga menyebabkan konflik dan permusuhan.

Gubernur Isran menyebut Kalimantan Timur  sebagai provinsi yang sangat kondusif di Indonesia. Padahal, penduduk Kaltim sangat heterogen.

Beragam suku bangsa menyatu  dengan budaya dan adat istiadat yang datang dari berbagai belahan nusantara.

Menurut Gubernur, salah satu penopang terciptanya kedamaian dan keharmonisan itu adalah kerukunan hidup dalam toleransi beragama.

Sejatinya,  tidak ada satu agama pun yang mengajarkan permusuhan dan perpecahan.

Semua agama pasti mengajarkan kasih sayang, saling menghormati dan menyebarkan kebaikan.

Menurut Gubernur, bila semua penduduk memiliki pemahaman agama yang baik dan benar, maka Gubernur Isran sangat yakin Kaltim akan selalu berada dalam kondisi yang aman, damai dan tentram, jauh dari konflik dan kegaduhan sosial.

“Tapi kalau ada orang, kelompok atau siapa pun yang sudah merasa paling benar, maka konflik pasti tidak akan selesai,” pesan Gubernur.

Mantan Ketua Apkasi ini lalu memberi  contoh ketika dirinya menjabat Bupati Kutai Timur.

Bagaimana ia membangun Islamic Center, Katholik Center, Kristian Center, Budha Center dan Hindu Center demi menciptakan teladan keharmonisan dalam beragama.

Sebagai pemimpin, dirinya tidak pernah menolak untuk hadir dalam setiap perayaan agama apapun.  Baginya, itu adalah tugas pemimpin untuk terus merawat keberagaman, tanpa menghilangkan identitas pribadi.

“Tidak ada masalah. Itu tidak akan mengubah sedikit pun akidah saya. Dan semua  berjalan baik-baik saja, selalu harmonis,” tegas Isran.

Hal-hal seperti ini sepele, sejarah membuktikan perselisihan terjadi karena setiap orang atau kelompok membawa rasanya sendiri. Padahal, sudah semestinya dipahami bahwa jangankan beda keyakinan, satu keyakinan pun bisa berbeda pandangan. Semua meyakini kebenaran, hanya berbeda jalan.

Lanjut Isran, berpegang teguh pada keyakinan agama sendiri, bukan berarti harus membenci orang atau kelompok lain yang memeluk agama berbeda.

“Bukankah mereka juga ciptaan Allah. Jadi, bagi saya agama itu soal keyakinan,” jelasnya.

Intinya kata Isran, Kaltim yang sudah sangat kondusif ini harus tetap dijaga agar tetap damai dan tentram.

Sebab ketika merasa diri dan kelompoknya  paling benar, maka benih permusuhan akan muncul dan berpotensi besar menimbulkan kekacauan dan perpecahan di tengah soliditas NKRI. Dan itu sangat tidak produktif bagi kepentingan bangsa dan negara.

Menurut Gubernur, perbedaan adalah bagian dari kekayaan yang seharusnya bisa dioptimalkan demi kejayaan bangsa.

Kedamaian di Bumi Kalimantan Timur berbuah manis dengan beberapa kali diraihnya Harmony Award. Penghargaan dari Kementerian Agama ini diberikan karena menilai Kaltim sukses dalam urusan harmonisasi umat beragama, inovasi, sinergi  dalam pencegahan konflik umat beragama.

Gubernur Isran sangat yakin kekuatan masyarakat Kaltim bersumber dari

moralitas ideologi yang sangat bernilai yaitu Pancasila.

“Pancasila itu bukan agama, tapi ideologi yang melindungi seluruh kegiatan keagamaan masyarakat. Itulah kekuatan kita,” tegas Gubernur.

Masing-masing agama membuat pembatas dalam hidup yang kemudian diimplementasikan dalam wujud kebersamaan.

Gubernur meyakini, salah satu pertimbangan dipilihnya Kalimantan Timur menjadi ibu kota negara (IKN), karena di daerah ini tidak pernah terjadi konflik SARA (suku, agama, ras dan antargolongan).

“Itulah mungkin salah satu pertimbangan Presiden Joko Widodo akhirnya memilih Kaltim sebagai IKN,” bangga Gubernur.

Saat berada di Balikpapan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan masyarakat Kaltim  sukses menunjukkan moderasi beragama yang sesungguhnya harus ditumbuhkan di Indonesia.

“Dalam konteks bernegara, moderasi beragama ini pula yang menyatukan pikiran para tokoh kemerdekaan yang memiliki berbagai idealisme, kepentingan politik, agama dan kepercayaan. Semua bergerak ke tengah untuk menyepakati NKRI sebagai kesepakatan bersama,” tandas Yaqut Cholil Qoumas. (sul/adpimprov kaltim)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button