Masih yang Tertinggi, Faizal Rachman Dorong Pemerintah Lepas Ketergantungan Terhadap Tambang
Salah satu saran yang diajukan kepada Pemkab dalam upaya peningkatan ekonomi adalah menciptakan produk baru. Produk ini nantinya harus menjadi ciri khas dari Kutai Timur.
SANGATTA,deltamahakam.co.id – Pertumbuhan ekonomi Kutai Timur (Kutim) masih dipegang sektor pertambangan. Bila terus terlena dengan ini, ekonomi Kutim bakal goyang bila tambang habis.
Untuk mengantisipasi itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim mencari cara agar Kutim terlepas dari ketergantungan pertambangan. Hal ini diungkapkan Anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim), Faizal Rachman saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (29/7/2024).
Salah satu saran yang diajukan kepada Pemkab dalam upaya peningkatan ekonomi adalah menciptakan produk baru. Produk ini nantinya harus menjadi ciri khas dari Kutai Timur.
“Paling penting adalah kemampuan kita untuk menciptakan produk yang dijual ke masyarakat. Karena begitu produk diciptakan, disitu ada nilai tambah,” kata Faizal Rachman.
“Disitu ada SDM-nya, disitu ada material pendukungnya. Kalau pun mau ditingkatkan, bagaimana APBD itu bisa menumbuhkan produk-produk baru yang dijual di Kutai Timur. Saya rasa APBD kita mampu melakukan itu,” sambungnya.
Terciptanya produk baru asli Kutai Timur ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Kutai Timur. Sebab, saat ini pertumbuhan ekonomi terbesar masih dari tambang.
“Pertumbuhan ekonomi kita itu dominan di tambang. PDRB kita yang tertinggi itu penyumbangnya tambang.
Perkebunan, pertanian perikanan dan kelautan itu sumbangannya untuk daerah masih belum terlalu besar, padahal awal Kutai Timur berdiri tujuannya itu,” jelasnya.
Untuk itu, dirinya meminta Pemerintah membuat strategi agar masyarakat dapat menciptakan sesuatu yang baru dan memiliki nilai jual. Produk ini diharapkan dapat menjadi meningkatkan perekonomian daerah dan tidak hanya bergantung pada pertambangan.
“Makanya strateginya, bagaimana masyarakat kita dapat membuat produk baru. Maksudnya produk yang memang asli ditumbuhkan di Kutai Timur. Kalau misalkan ada produk baru yang timbul, disitu ada jam kerja masyarakat Kutim. Faktor-faktor pendukung dari produksi juga ada. Sekarang kan hanya berhubungan dengan tambang aja,” tuturnya.
Dia juga memaparkan, produksi asli Kutai Timur seperti Pisang dan Nanas masih belum terlalu besar. Selain itu, permintaan ekspor ke luar negeri untuk dua produk itu juga masih terbatas.
“Yang lain kan seperti pariwisata kita juga masih kecil. Produk ekspor seperti Pisang dan Nanas juga belum terlalu besar. Itu bisa kita lihat di PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kita yang masih dikuasai pertambangan,” tandasnya. (adv)